fashion mode ramadhan 2010

Go Two On - Detak waktu kalender bergerak. Bila pada 2009, yang berselimutkan krisis, beberapa asosiasi yang menaungi para perancang mode Indonesia masih aktif menggelar peragaan, maka gerak itu dipastikan tetap menggelinding pada 2010.

"Kreativitas tidak boleh terhenti. Apa pun kondisinya, kita harus bangkit memberikan tren atau panduan mode lokal dengan mengacu pada potensi global," kata Taruna K. Kusmayadi, Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) saat ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta.

Senada dengan Taruna, Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) pada awal Desember ini di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta, menggelar Fashion Rendezvous Show sebagai tren fashion 2010.

Era Soekamto, desainer IPMI, yang ikut ambil bagian dalam acara itu, mengatakan pada 2010, yang termasuk tahun Kerbau, sisa-sisa resesi masih terasa. Banyak orang menahan diri belanja. "Saat yang berat bagi kami harus ada kompromi dengan melihat pasar. Utamanya bagi perancang yang belum punya modal kuat," katanya lirih.

Tema tren 2010 dalam acara ini adalah "Intuition", untuk menggambarkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, seperti kondisi bumi dan lingkungannya, politik, sosial-budaya-ekonomi, serta harapan masa depan yang lebih baik.

Tema ini diinterpretasikan oleh sembilan desainer, yakni Carmanita, Era Soekamto, Ghea S. Panggabean, Kanaya Tabitha, Sutanto Danuwijaya, Syahreza Muslim, Tuty Cholid, Valentino Napitupulu, dan Yongki Budisutisna.

Carmanita, misalnya, tetap konsisten menggunakan corak kain Indonesia, terutama batik dan ikat yang diolah untuk memberi kesan etnis modern, lalu dipadukan dengan teknik draperi, lilit, serta lipat. Yang terasa baru adalah penggunaan payet logam keemasan atau perak. Dia memakai jumputan dengan gayanya menyajikan busana modis masa kini. "Saya hanya ingin menyajikan sentuhan modifikasi dalam ciri lokal, namun saat gaya terlihat global."

Lalu Tuty Cholid, dengan tenun Nusa Penida dan batik pradanya, merancang aneka gaun pesta panjang yang menyapu lantai ataupun gaun mini, yang dipergunakan di acara formal, saat hang out atau clubbing dengan relasi dan teman kongko. "Tahun depan saya lihat aneka gaun pesta untuk suasana resmi masih riuh. Yang menjadi istimewa adalah kainnya asli kain Indonesia," katanya.

Ghea Panggabean kembali ke akar rancangannya yang bohemian dengan mencampur motif print dari Kalimantan, Nusa Tenggara, Afganistan, hingga Meksiko dalam warna-warna cerah. Hasilnya, rasa optimisme dalam rangkaian 12 pakaian berciri etnik yang secara konsisten menjadi garapan desainer ini.

Perancang Susan Budihardjo--yang disebut-sebut sebagai induk sejumlah perancang Indonesia ternama melalui sekolah modenya--menyajikan karya istimewa dengan memperhatikan keterampilan teknis dan konsistensi mengikuti perubahan waktu.

Susan begitu ciamik dengan berbekal kain polos dalam warna kotak-kotak halus abu-abu, merah jambu keras, dan putih, tapi tetap mampu membuat pernyataan mode yang solid. Kesan bentuk jam pasir hadir melalui penempatan dua kantong depan yang diberi bis dalam warna kontras. Sedangkan keseluruhan desain tetap bersih dan minimal.

"Saya ingin membawa arah mode ke depan dengan memahami suasana zaman yang sedang prihatin dari sisi lingkungan, sosial-ekonomi-politik, tetapi saya yakin masih membutuhkan semangat untuk maju meraih hari yang lebih baik," ujar Susan.

Adapun Deden Siswanto, Ketua APPMI Jawa Barat, dalam acara Fashion Tendance 2010 yang berlangsung pada 15-16 Desember lalu di Hotel Hilton, Bandung, menghadirkan peragaan bertajuk "Signs of Times". "Kami tahu kekuatan Jawa Barat adalah fashion dan arsitektur sebagai inspirasi panduan mode pada 2010," ujar Deden, yang menyertakan 15 perancang.

Di acara tersebut, Deden menyajikan tema "Ferocious Beauty", yang terinspirasi oleh spionase wanita awal abad ke-20. Dia menggunakan kekuatan detail dan ornamen dari eyelets, embroidery, vintage beads, studs, dan prints. Warna hitam, burnish gold, dan cooper disajikan dalam ragam warna alam pada bahan bermotif.

Hennie Noer mengusung gaya klasik dan gaya wanita Eropa dalam balutan busana muslim beraplikasi penghias busana yang dijadikan center point pada seluruh koleksinya. "Tahun depan busana muslim masih memiliki animo tinggi," kata Hennie.

Irna Mutiara menampilkan siluet kebaya dan proyeksi gaun pengantin muslim 2010. "Busana pengantin yang memegang prinsip busana muslim; tertutup, tidak ketat, dan tidak transparan, tapi digabung style mancanegara," katanya. Pemilik merek La Perle ini menggabungkan gaya busana tradisional dengan gaya kontemporer (Eropa) bersiluet longgar. Soal warna, misalnya, abu-abu, putih, dan emas.

Lain lagi Malik Moestaram, yang menggunakan tampilan army kaku dan maskulin dalam "Aggression." Detail emblem dan tanda kepangkatan di atas bahan warna ungu, terracotta, fuchsia, hitam, atau hijau tampil "garang" sekaligus lembut. "Tahun depan, gaya emblem masih berlaku. Pesona mode warisan Michael Jackson tampak tetap memikat," ujar Malik. 

Sumber: Tempo, wolipop, Go Two On

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "fashion mode ramadhan 2010"

Post a Comment